Semua pemimpin dan calon pemimpin Indonesia harus memahami pancasila sebagai ideologi negara, sekaligus mengimplementasikannya. Jika tidak, carut marutnya kondisi bangsa sekarang ini menjadi cermin nyata ketika nilai pancasila jauh dari kehidupan bangsa ini.
Negara harus dibangun dengan ideologi, tanpa itu Negara Indonesia akan hancur dengan sendirinya, “ ujar Drs. HM Idham Samawi, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bantul saat memberi kuliah perdana sekaligus dialog didepan 1.654 mahasiswa baru Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, di JEC Banguntapan, Bantul, Senin Hadir dan memberi sambutan pengantar Pardimin, MPd PhD (Rektor UST Yogya), Prof Dr. Adhi Susanto (Ketua Yayasan Sarjanawiyata Tamansiswa) membacakan sambutan tertulis Prof. Sri Edi Swasono (Ketua Umum Majelis Luhur Tamansiswa), Dr Bambang Supriyadi (Koordinator Kopertis Wilayah V).
Dalam kesempatan ini, dari 1.654 mahasiswa baru UST, 28 diantaranya mendapatkan beasiswa Kerakyatan dan Kebangsaan. Beasiswa Kerakyatan dan Kebangsaan diperuntukkan bagi mahasiswa baru yang yatim piatu, bebas uang kuliah dari semester 1 hingga 8.
Dalam pandangan Idham Samawi, salah satu cita-cita Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, masa depan Negara ini sebenarnya ada ditangan para pemuda. Jika dikorelasikan dengan pembangunan bangsa, artinya nilai-nilai Pancasila tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Menurutnya, tidak boleh ditawar lagi selain mempelajari disiplin ilmu tertentu. Tidak kalah penting, seorang mahasiswa harus dibekali pengetahuan tentang berbangsa bernegara yang baik dan benar. “Sangat tepat adik-adik mahasiswa kuliah di Sarjanawiyata Tamansiswa, kampus dengan basis kebangsaan, “ ujar Idham.
Persoalan sekarang ini adalah belum meratanya dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Padahal hal itu merupakan modal utama membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena disadari atau tidak, Negara Indonesia dibangun dengan keberagaman hamper disemua aspek kehidupan. Sehingga seorang pemimpin harus mampu menjaga Bhineka Tunggal Ika dengan Pancasila sebagai pijakan.
Sementara Pardimin, MPd, PhD mengatakan dinegara ini banyak orang pintar, tetapi meninggalkan karakter keindonesiaan, meninggalkan nilai-nilai Pancasila. “Ketika nilai Pancasila sudah tidak diimplementasikan, tidak mengherankan masih saja terjadi praktik korupsi di Negara ini. Inilah yang memprihatinkan, “ujar Pardimin.
Untuk itulah sejak masuk menjadi mahasiswa baru di UST Yogyakarta harus dibekali dengan nilai-nilai Pancasila, kebangsaan, kerakyatan dan kemandirian. “Rasa nasionalisme harus dibangkitkan, agar menjadi generasi muda yang cerdas dan mencintai bangsanya dengan segala kompleksitasnya. “Tandasnya.
Pardimin menegaskan, UST Yogya sebagai kampus kebangsaan. “UST Yogya, kampus yang didirikan langsung oleh Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. UST sejak berdiri Tahun 1955 memang berbasis kebangsaan, kemandirian, kerakyatan dan pekerti luhur. “tambahnya.
Sedangkan Bambang Supriyadi mengatakan, dari 107 Perguruan Tinggi Swasta (PTS), UST Yogya termasuk 10 PTS yang telah terakreditasi dengan nilai B. “ Jadi mahasiswa baru tidak salah kuliah di UST Yogya dengan kualitas lembaga yang baik pula.”ucapnya (Kedaulatan Rakyat, 9 September 2014)